MAKASSAR – Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), Wimboh Santoso, melantik Pengurus Wilayah MES Sulawesi Selatan Periode 1440-1443 Hijriah, di Hotel Singgasana, Jumat 10 Mei 2019.
Dalam kepengurusan MES periode 1440-1443 ini, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman diamanahkan sebagai Ketua Umum Badan Pengurus Harian MES Sulsel.
Selain itu, Dr. Mukhlis Sufri SE., MSi, menjadi Ketua Harian MES Sulsel. Gubernur Sulsel, Nurdin Abdullah menjadi Ketua Dewan Pembina dan AGH. Sanusi Baco menjadi Ketua Dewan Pakar.
Beberapa tokoh yang hadir di antaranya Kepala OJK Sulampua, Zulmi, Dirut Bank Sulselbar Andi Muhammad Rahmat, Kepala BEI Makassar Fahmin Amirullah, Kepala Cabang Bank Panin Dubai Syariah Kamaruddin Kammisi serta sejumlah tokoh lainnya.
Pengurus yang dilantik berasal dari berbagai unsur praktisi dan akademisi, salah seorang diantaranya adalah Samsul Arifai, S.A.B., MA., dosen STAI Al-Azhar Gowa, yang juga turut dilantik sebagai pengurus.
Dalam pelantikan tersebut, Wimboh Santoso yang merupakan Ketua Dewan Komisioner OJK menyampaikan, ekonomi syariah punya potensi besar karena 90 persen masyarakat Indonesia adalah muslim.
“Karena itu, kita berharap MES bisa membenahi platform syariah yang ada,” kata dia.
Dia berharap, MES yang diisi berbagai kalangan baik itu akademisi, praktisi, dan pakar di bidang syariah, bisa membenahi produk-produk keuangan syariah.
“Karena banyak umat muslim yang bergerak di sektor informal dan sulit dijangkau perbankan. Mereka seperti pedagang kelontong, tukang gado-gado, bakso. Mereka punya kemampuan dan pengalaman tapi sulit mengakses perbankan,” ungkapnya.
Sehingga, MES diharap membantu membenahi platform keuangan syariah agar bisa mendapat nasabah yang tepat sasaran, sistem bisnisnya bagus sehingga tingkat NPL dan kredit macet bisa ditekan, dan bank-bank syariah terhindar dari risiko kerugian.
Dalam sambutannya, Ketua MES Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, menyampaikan amanah yang diberikan kepadanya tentu membutuhkan dukungan dari berbagai pihak.
“Saya tentu tidak bisa bekerja sendiri. Kami harap tokoh-tokoh masyarakat, dewan pakar yang banyak memahami ikut mendukung,” terang Sudirman Sulaiman.
Menurut dia, ekonomi syariah sejatinya sudah ada di zaman Nabi Muhammad Saw. meskipun tanpa menggunakan istilah syariah.
“Pada masa Rasulullah, masyarakat madinah itu heterogen. Masyarakat Madinah (meski berbeda-beda), tapi di bawah piagam Madinah. Ini kemudian menjadi rujukan Piagam Jakarta, lalu berubah menjadi dasar-dasar Pancasila. Jadi Islam ini agana Rahmatan lilalamin. Untuk seluruh alam,” katanya.
Di Sulsel, menurut dia, ekonomi syariah digerakkan dengan model kearifan lokal. “Pendekatannya smooth, melakukan edukasi-edukasi,” terangnya.
Diolah dari WAG. MES SULSEL.